Setiap tanggal 17 Mei Bangsa Indonesia memperingati sebagai Hari Buku Nasional (Harbuknas). Penetapan tanggal 17 Mei sebagai hari buku tidak lepas dari peran Menteri Pendidikan Nasional era Kabinet Gotong Royong, Abdul Malik Fadjar (almarhum). Kala itu (tahun 2002) Malik Fadjar melihat kondisi bangsa Indonesia masih lebih banyak mempertahankan tradisi lisan dibanding menjawab tuntutan informasi dengan banyak membaca.
Seperti dilansir Kompas, secara umum masyarakat masih memiliki tradisi percakapan panjang dibandingkan dengan kebiasaan membaca. Sinkronisasi Ide Menteri saat itu dengan para pencinta buku bertujuan ingin memacu tingkat minat baca di masyarakat. Bahkan mereka menginginkan perayaan Harbuknas dapat berlangsung meriah sebagaimana perayaan hari kasih sayang.
“Kami ingin agar peringatan Hari Buku seperti Valentine’s Day, di mana pada hari itu setiap orang memberi sebuah buku kepada orang lain,” jelas Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) ketika itu, Arselan Harahap.
Namun, Mendiknas menyadari sepenuhnya keinginan ini bukan sesuatu yang mudah untuk diwujudkan. Membuat masyarakat yang terbiasa dengan budaya lisan kemudian menjadikannya gemar membaca buku merupakan sesuatu yang butuh upaya ekstra. Apalagi pada generasi muda yang sudah banyak terpapar dengan media dan teknologi komunikasi seperti telepon suara dan video.
Malik menilai, membaca memiliki fungsi strategis, salah satunya mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Tingkat literasi Indonesia masih rendah Mengutip laman Kementerian Dalam Negeri, (23/3/2021), Indonesia ada di posisi ke-62 dari 70 negara untuk masalah tingkat literasi. Posisi ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat literasi rendah. Survei dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019.
Dikutip dari laman Kementerian Komunikasi dan Informatika, UNESCO menempatkan Indonesia sebagai negara terendah kedua untuk tingkat minat baca. Artinya, minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen, atau hanya ada 1 dari 1,000 orang Indonesia yang rajin membaca.
Berdasarkan riset lain yang bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked dari Central Connecticut State University (Maret 2016), Indonesia ada di peringkat ke-60 dari 61 negara untuk masalah minat baca. Posisinya ada di bawah Thailand dan di atas Bostwana. Melalui Harbuknas ini diharapkan dapat mendorong minat baca dan meningkatkan tingkat literasi Indonesia di dunia.
sumber : kompas
Foto: BukuMania
Lokasi : Lorong Buku Batavia